Siapa Peduli Who's Care

2.05.2008

Aku tak tahu lagi apa yang kurasakan sekarang ini…

Setelah merasakan yang dulu telah lama hilang….

Ku tahu rasa itu bukan milikku lagi….

Dia meninggalkan ku…

Yang ada hanya resah…

Sampai sekarang pun aku masih bimbang, menata arti hidup pun aku tak mampu…

Tujuan hidup pun masih kabur….

Aku tak tau apa yang hati ini inginkan…

Aku berusaha melupakan rasa itu…

Mudah-mudahan dengan seiring waktu rasa itu bisa menghilang…

Aku pun ingin melihat masa-masa aku berjaya, menatap segalanya dengan senyuman…

Semoga tak sekedar harap…

Semoga tak sekedar khayal…

Semoga hati ini bisa menggapainya…

Dengan tertatih…

Aku blum bisa menemui makna hidup…

Sampai kapan pun hati ini akan tetap sepi…

Yang ada dalam diri hanya senyuman semu…

Mungkin itu adalah sisa yag berhasil ditinggalkannya…

Hati ini sudah tidak bergerak lagi…

Jangan biarkan dia mati…

Dia berkata “aku hanya ingin sendiri lalu aku berbaring dan menerawang langit sendirian”, itu mimpinya ….

Tak jauh dari mimpi yang kuinginkan pun serupa, resah lagi mengesi ruang ini…

Saat menatap wajahnya aku tak dapat merasakan perasaan itu lagi….

Jangan biarkan hati ku mati….

Buanglah jauh jauh perasaan ini….

Aku hanya ingin pergi jauh…

Aku hanya ingin sendiri….

Rumput bodoh pun pasti akan mengejekku bila aku melakukan hal yang benar….

Saat ini, hanya cahaya yang aku butuhkan….

Semua manusia hanya bisa berharap, semua hanya bisa menangis…

Semua hanya bisa kesal, semua hanya bisa menyalahkan….

Aku ingin bertemu cahaya itu…

Betapa gembiranya aku bisa bersama cahaya yang menenangkan…

Biarkan aku sendiri…

Jangan perhatikan perasaan ku…

Perasaan itu sudah mati…

Pergilah kalian semua….

Yang ada dalam diriku hanya kelam…

Wajah tak berseri menghiasi malamku…

Pergilah semua yang peduli…

Untuk sekarang biarlah aku menunggu…

Teman ku hanya penantian…

Apa kalian peduli… ?

Tak peduli kan ?

Mohamad Fakhri

30 Januari 2008

With Tears in My Face

In My Old Room’s

20 : 49

Indahnya Bila Melihat Dunia Dengan Seyuman

Saat itu wanita manis terbangun dari tidur malamnya, mata nya masih sayu, di edarkan tatapannya ke seluruh ruangan, desiran angin malam memenuhi ruangan kamarnya, kecil, lembab, dan rapi. Setelah dia puas mengedarkan tatapannya ke segala arah, bibir kecilnya mengecap istigfar, dihela nafasnya, lalu bangun dan berdiri. Di langkah kan kaki kecil nya menuju dapur, dimana dia akan membersihkan diri dengan berwudhu. Dia melewati kamar adik kecilnya, menghampiri.

“ Dik ! bangun yuk, kita sholat tahajud bersama ? “, dibelai rambut adiknya tiga kali.

“ Iya, kak 5 menit lagi”, mata kecilnya masih memejam, sungguh lucu.

Wanita itu tersenyum sesaat, setelah itu melanjutkan tujuan nya untuk berwudhu. Melangkah lagi, dan kali ini melewati kamar orang tuanya, diketukkan pintu kamar sebanyak tiga kali, lalu melanjutkan langkahnya. Sudah jadi hal yang biasa di rumah ini, bila sudah saat nya tahajud dia membangunkan seisi rumah.

“ Bila ayam bisa sholat tahajud, pasti aku bangunkan”, begitu gurau wanita manis itu.

Dibacanya doa niat berwudhu, lalu dengan gerakan perlahan dia membelai air, seakan saat itu kotoran di seluruh tubuhnya jatuh bersama air wudhu. Setelah selesai dia membaca doa selesai wudhu, lalu melangkah kembali ke ruang tengah, sudah terlihat kedua orang tua yang duduk bangku panjang, sambil menikmati udara malam pada saat itu, adik kecilnya masih belum bangun juga. Sesaat juga dia langsung menuju kekamar si adik, tapi si adik sudah tidak ada, dia sempat bingung sedikit, namun ada suara air di kamar mandi.

“ Mungkin dia sedang berwudhu”, begitu pikirnya.

Digelar sajadah bermotif Ka’bah yang dirajut indah mengikuti kontur khas dari bahannya, terasa nyaman saat-saat kening menempel di sajadah itu, setiap wanita manis itu pergi jauh, bawaan wajib adalah sajadah itu, sajadah itu diberikan oleh Bibi yang sudah pernah ke Mekkah, dan ini lah oleh-oleh yang pantas untuknya.

Di sambat mukena yang ditumpuki di bawah sajadah, perlahan dia memakai, subhanallah terlihat anggun dengan wajahnya, ditambah dengan jahitan khas bunga-bunga.

Dengan mengawali dengan doa niat dia memluai sholat malamnya, begitu tenang, bersahaja dan penuh dengan penghayatan seolah dia bercakap-capap dengan penciptanya. Setelah semua selesai dia membaca syahidul istighfar lalu berdoa.

Ya Allah yang maha mengetahu hati setiap makhluk-makhlukMu, jauhilah aku dari sifat yang dapat mendustakan NikmatMu Ya Rabb, yang dimana tertuang dalam Qalam mu, Fabbiayyi Alla Irobbikuma Tukaziban ?, Nimat apalagi yang engkau dustakan ?, berikanlah aku cahaya terang pada saat semua Nya gelap, bawalah aku dalam pelukan aku, pertemukan aku dengan diriMu dengan cara yang baik, sebagaimana tertulis dalam kitabMu, bahwa kami akan melihatMu di padang mahsyar, sebagaimana kita melihat matahari di langit, namun jangan jadikan aku menjadi rupa yang buruk, karena kelalaianku, Ya Allah yang Maha membolak-balikkan hati pertemukanlah kembali keluarga ini dalam Jannah Mu, dimana suatu saat kita tersenyum bersama dalam ridho Mu, jauhi aku dari api neraka Mu, aku yakin tidak ada makhluk yang kuat setengah detik didalam sana, Rabbana atiina fiddunya hasanah, wafil akhiroti hasanahtawwakina adzabannar. Lengkapilah langkahku pada saat aku mencari Ridho Mu dengan rahmat dan pahala ya Allah, sesungguhnya hanya Engkau lah aku meminta pertolongan dan menyembah. Amin Ya Allah”, wanita itu mengakhiri sholat malamnya dengan sujud syukur karena dia masih bisa memiliki apa yang tidak dimiliki orang lain.

Setelah selesai dia mengambil handphone untuk meng-SMS teman-teman yang sudah berpesan untuk meminta dia membangunkan via SMS, tak jarang banyak yang berpesan seperti itu, entah kenapa itu sudah menjadi suatu kebiasaan untuk dia dan teman-temannya.

Dia keluar kamar, lalu melihat Ibu dan Ayah sedang berjamaah dengan si Kecil mengekor di samping Ibu, sungguh menggemaskan, dia duduk dibangku sambil membaca buku Best Seller “La Tahzan”, buku yang menggetarkan jiwa dan penuh dengan motivasi, pikirnya.

“ Kak, sudah makan belum ?”, Ibu bertanya setelah salam pada shalat malamnya.

“ Belum, bu, tadi kan Kakak tidur duluan sebelum Ibu dan Ayah pulang kerumah”, sudah tak asing lagi bagi keluarga ini, untuk berkomunikasi pada saat matahari belum terbit, mungkin karena kesibukan orang tuanya, bahkan si Kecil pun sudah terbiasa akan hal itu, sungguh berbeda dari keluarga lain, “tapi beginilah cara kami bermokunikasi”, begitu pikir wanita manis, yang kesehariannya sangat sederhana. Dia merasa sebagai contoh dari si Kecil, bahkan si Kecil pernah di ceritakan kisah tentang Rasullullah, terlihat sangat antusias sekali. Pernah di sekolah, sang guru bertanya pada murid-muridnya.

“ Siapa idola kalian anak-anak ?”, gurunya berseru dengan senyuman.

“ Ep Ceee ( F4 ) Pak !”

“ Paasaaaa Pak ( vokalis Ungu ) ! “

“ Tubasa Pak ( Captain Tsubasa ) !

Begitulah celetuk para siswa/i kelas 2 SD, namun si Kecil menjawab.

“ Rasullullah Pak ! “, guru nya sempat terdiam dan menelan ludah, sedangkan teman sebangkunya bertanya-tanya dalam hati siapa Rasullullah itu. Memang sangat lucu.

Walaupun keluarga wanita manis itu agak berbeda dari keluarga lainnya, tapi dia merasa senang saat-saat dimana bisa berbincang dengan keluarganya dimana semua orang rata-rata masih tidur. This my family, this is my life, and i proud.

Mohamad Fakhri

30 Januari 2008

With Smile

In My Old Room’s

20 : 41

Bidadari Yang Tak Sadar Dirinya Bidadari

Entah apa yang dipikirkan wanita dengan tatapan halus itu, auratnya ditutup penuh dengan lembaran kain putih, terlihat elok bila dia menundukkan pandangan saat melwati para ikhwan, namun hari ini, wajahnya terlihat basah, matanya bengkak seakan telah dipukul oleh gada malaikat, dari matanya tertuai tetesan sebuah air mata kepasrahan. Dirinya hanya bisa bersandar di pojokan tempat tidurnya.

“ Kenapa aku ini Ya Allah ?”, air matanya terus berdera, jantungnya berdebar kencang.

“ Kenapa aku hampir melakukan hal bodoh, seakan-akan aku tidak percaya dengan Engkau Ya Rabbi, ampuni aku dalam khilafku, tegur aku dalam cobaanmu, buat aku jadi kekasihMu”, ditaruh telapak tangan di dada nya seraya degupan jantung yang menyayatkan hati.

“ Aku cuma ingin jadi apa yang aku mau, dan yang kulakukan atas dasar Ridho kepadaMu, tuntunlah aku walau aku ini terpincang-pincang dalam tuntunanMu,”, air mata yang deras itu membanjiri wajah lembanya, seraya tatapannya di edarkan ke arah lengan yang sudah berdarah, tepat di urat nadinya yang hampir sobek.

“ Akhhhhhh....., sakit Ya Allah”, darah terus mengucur ke lantai bercampur dengan genangan air mata.

“ Apa bila aku mati, orang-orang baru sadar keberadaanku ?”, matanya memejam menahan sakit yang luar biasa, detak jantungnya pun sudah tidak beraturan lagi.

“ Aku tak mau mati, Ya Allah”, suara mulai perlahan menghilang, sedangkan tak ada satu orang pun di rumah.

“ Andaikan aku di beri kesempatan hidup lagi, aku pasti dak akan menyia-nyiakan waktu ku lagi, aku janji “, ucapnya dalam hati yang sudah tak mampu berbicara, yang dia rasakan hanya dingin luar biasa dari ujung kaki sampai ubun-ubunnya, setelah itu ada cahaya terang.

Setelah cahaya itu terlewati yang ada hanya GELAP.

***

“ Kak, bangun kak !”

“ Kak ! ayah, ibu, adik sayang kakak !”

“ adik mohon kakak bangun, adik ingin kita tertawa lagi kak !”

“ Kak, kakak udah janji akan membelikan adik permen !”

Yasssin ... walqurainil hakim, innakalaminal mursalin, ala shiratimmustaqim !

“ Nak, ibu dan ayah kangen sama kamu “

“ Kita sadar salah, maafin orang tua mu yang tidak becus ini ya...nak..”

“ Ibu janji, bila kamu meminta dipeluk hangat oleh Ibu lagi, pasti Ibu lakukan !”

Shodakallah ul adzim !

“ Dik ! semoga kita bisa bertemu dalam Ridho Allah, bersandar bersama dalam kasih sayang Allah, tersenyum bersama dalam Jannah Nya Allah.

Amin !

***

“ Tet..tet…tet…tet…tet…tet…”

“ Ayah, ibu, adik, aku dimana ?, aku bisa dengar suara kalian, tapi aku tidak bisa melihat kalian, disini gelap, tapi aku merasakan kehangatan, aku mau berteriak supaya kalian bisa membawakan lampu ke sini.”

“ DISINI GELAP……………………………GELAP, apakah kalian dengar aku berteriak ?, aku kesepian, apa yang telah aku lakukan sehingga kalian tega membawa aku ketempat gelap dan pengap seperti ini, kalian jahat, jahat…..”

***

Bidadari manis itu pun membuka matanya.

“ Alhamdullillah !”, semuanya berseru , ada yang menghela nafas lega, ada yang saling berpelukan.

“ Ibu ….” yang pertama dilihat bidadari itu adalah seorang ibu dengan tatapan ringan yang menatap kearah kedua matanya.

“ Sudah nak, sementara kamu diam dahulu, keadaan kamu belum pulih benar”, Ibunda membelai rambutnya perlahan.

“ Aku ingin berbicara banyak kepada kalian, tapi entah kenapa aku tidak punya kenapa, aku ingin bertanya, aku ada dimana, kenapa disini banyak orang yang melihatk dengan tatapan khawatir, aku mau bertanya, aku mau bertanya, tapi aku tak punya kuasa”, begitulah yang ada dalam hati bidadari itu, yang bisa dilakukan hanya mendengar, melihatpun dia masih kepayahan.

“Ayah...tolong lakukan apa yang tadi kita rencanakan”, Ibu berbicara kepada Ayah yang tak sengaja didengar oleh bidadari itu. Tiba-tiba ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kanan Bidadari itu.

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu Anlaa ilaaha Illallah, Asyhadu Anla ilaaha Illallha, Asyhadu Anna Muhammadarasulullah, Asyhadu Anna Muhammadarasulullah, Hayya Alla Sholaaa, Hayya Alla Sholaaa,Hayya Allah Fallah, Hayya Alla Fallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Illaha Illallah “, setelah selesai Ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kiri.

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu Anlaa ilaaha Illallah, Asyhadu Anla ilaaha Illallha, Asyhadu Anna Muhammadarasulullah, Asyhadu Anna Muhammadarasulullah, Hayya Alla Sholaaa, Hayya Alla Fallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Illaha Illallah”. Setelah itu ayah agak menjauh, dan berdiri dibelakang Ibu.

“ Setelah kejadian ini, kami akan menambahkan nama mu dengan nama Bidadari, dan kami janji akan menhiasi keluarga kita dengan senyuman yang datangnya dari rahmat Allah”, senyuman Ibu membuat Bidadari senang, air mata mengucur di pipi Ibu.

“ Untuk saat ini aku hanya bisa mendengar dan meng Amin kan, doa kalian saja.”

***

Mohamad Fakhri

29 Januari 2008

With Opened Heartless

In My Old Room’s

22 : 43

About Me :

Foto saya
Just a Simple man, with simply needs, and simply smile, but have a BIG DREAMS.

Write Your Comment Here :

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Kamu Pengunjung Ke :

Cari Di Arsip :