Aku Si Kucing

1.30.2008

Saat malam hari, mata Ibuku menoleh kekiri lalu kekanan sambil menahan perih, badannya bergetar seakan ingin mengeluarkan sesuatu beban yang ada didalam perutnya, dia terduduk lalu berdiri begitu seterusnya. Lolongan Anjing disekitar menandakan saat itu sudah sangat malam, ditambah dengan udara yang menusuk kulit Ibuku. Sekali lagi Anjing melolong namun dikalahkan dengan suara Ibuku dengan rintihan yang keras seakan mendakan telah keluarnya benda berat yang selama ini yang selalu dia bawa dalam perutnya. Ditegoknya kebelakang, 2 ekor kucing dengan mata yang masih sipit dengan kulit yang merah, itu aku dan saudaraku yang baru telahir didunia. Kata Ibu rasa pedihnya hilang saat melihat kami bergerak dan mencari sesuatu untuk disusui, seakan Ibuku tersenyum melihat tingkah laku kami saat itu.

5 hari kemudian saat peristiwa itu, aku sudah bisa berjalan bahkan berlari, kata Ibuku aku jantan, dan saudara ku betina, entah apa itu jantan dan betina yang dimaksudkan Ibuku. Aku tinggal di sebuah kotak yang sempit, manusia memanggilnya “kardus” tapi aku tidak tahu itu. aku melihat 2 anak manusia, dia membawa aku dan saudaraku ketempat yang lebih hangat yang pastinya kami merasa hangat disana. Kami selalu bermain disekitar tempat hangat itu, namun saat malam terdengar suara Ibuku memanggil kami, 2 anak manusia itu menggendong Ibuku dan membawanya ke tempat kami dimana kami berada. Kami langsung menghampirinya dan menyusu dengan manja kepada Ibu.

***

Saat-saat dimana terjadi peristiwa yang tak diinginkan terjadi pada hari ini, yang diawali dengan canda kami diiringi seyuman Ibu. Namun saat Ibu pergi kami melihat manusia tua menenteng benda yang didalamnya seperti air, kami tidak menghiraukannya dan melanjutkan canda kami dan manusia tua itu mendekati kami dengan mengayuhkan benda yang dia bawa, lalu tumpahlah air mengenai tubuh kami, aku hanya terkena sebagian tubuhku tetapi saudaraku dari kepala sampai ekor semuanya terkena air, sehentak kami menghentikan canda kami dengan penuh tawa dengan lolongan kesakitan, kami berguling-guling menghentakkan tubuh ke tanah, ada yang janggal bila itu benar-benar air harusnya terasa dingin di tubuh kami, anehnya air ini terasa panas di tubuh kami. Aku berteriak kepada saudaraku, “ini bukan air” sampai 5 kali namun hentakkan tubuh saudaraku ketanah yang begitu cepatnya menandakan dia sangat tersiksa, aku tak bisa menolongnya karena tubuhku juga kepanasan, saat saudara betinaku melolong memanggil Ibu, tubuh berhenti bergerak. Aku pikir saudaraku sudah sembuh namun saat aku menghampirinya dengan menyeret tubuhku, matanya terpejam diiringi desahan nafas yang semakin lama semakin hilang. Ibu tidak kunjung-kunjung datang, aku tidak tahu apa yang terjadi pada saudaraku dan aku yang masih menggeliat kepanasan.

Aku melihat 2 anak manusia, yang satu membawa saudaraku dan yang satu lagi membawaku entah kemana, aku mendengar manusia yang membawaku berbicara “Nek..! kok jahat banget sih kucingnya masih kecil kok disiram minyak tanah, yang bener aja”, kulihat wajahnya dia terlihat kesal sekaligus geram. Aku pun terus memanggil-manggil Ibu namun tidak ada jawaban, di gendongnya aku dengan tangan besar manusia itu ke tempat yang hawanya dingin, diletakkan aku ke tanah “byuurr” suara air disiramkan ke tubuhku, entah kenapa rasa panas ditubuhku agak semakin hilang diingiri air yang diguyurkan ke arahku. Namun semakin lama diguyurkan air ke tubuhku rasa panas yang sudah menghilang, sekarang menjadi kedinginan yang teramat sangat, ini sebabnya kucing sepertiku tidak suka dengan air. Akupun berteriak kedinginan dan manusia itu membawa bulu-bulu besar bewarna putih, kulihat dibelakangnya manusia yang tadi membawa saudara ku telah kembali, dengan suara agak pelan dia berkata “adiknya udah dikubur didepan, handuknya nih”, entah apa arti ungkapan itu yang tak dimengerti kucing. Dengan perlahan dua anak manusia itu mengelus-eluskan bulu-bulu besar itu ke tubuhku, rasa hangat yang nyaman merayap di sekujur tubuh.

***

Sudah lama aku tinggal bersama kedua manusia itu dia seperti orang tuaku, saat pagi dia memberiku makanan, senang rasanya bisa berada di tempat seperti ini, yang pastinya akan selalu kepertahankan. Saat manusia sedang memejamkan mata di sebuah tempat yang empuk, aku merasa ingin kencing namun karena pintu di tempat yang biasanya aku kencing sudah ditutup, terpaksa aku kencing dibawah tempat yang dimana manusia memejamkan mata.

Keesokan harinya saat kedua manusia sudah memulai aktivitasnya, “bau pesing apa nih ?, dibawah tempat tidur lagi, jangan-jangan si kucing kencing nih”, matanya mengarah padaku, karena tidak mengerti akupun cuek, anehnya manusia itu menarik kupingku dan menggebukku dengan tangan besarnya, reflek akupun berlari menjauh. Dan selama beberapa hari manusia itu melihatku dengan pandangan geram, mungkin karena aku kencing bukan ditempat yang biasa. Malangnya menjadi kucing.

***

Tak kusangka ternyata di sekitar sini ada kucing betina yang manis, karena musim kawin aku pun mulai mendekatinya, tak kusangka kucing penguasa sekitar sini juga menyukainya, sebagai pejantan aku harus memperebutkannya dengan berkelahi. Saat kami berdua siap-siap mengambil aba-aba untuk berkelahi, terpikir dibenakku perkataan Ibu waktu dulu yang telah menghilang entah kemana, “carilah ayahmu sendiri, karena ayahmu tidak bertnaggung jawab atas kalian yang telah lahir, oleh sebab itu Ibu tidak akan memberitahukan siapa Ayah kalian, Ayahmu mempunyai lingkaran putih besar yang terdapat dibawah perutnya, hanya itu yang bsia ibu beritahu tentang Ayahmu”. Saat kutatap lawan berkelahiku, ada rasa iba untuk mencakarnya tetapi aku tak memperdulikannya. Akupun menyerangnya terlebih dahulu, aku sadar badannya yang besar pasti susah dikalahkan, kuambil langkah seribu dia pun mengejar, ku masih berlari dengan kencangnya namun tatapanku terpaku pada sebuah benda melingkar besar hitam berputar yang berjalan cepat. Dia masih mengejar dan hampir dekat dekat denganku, “srassssss”, tubuh musuhku hancur seketika saat benda melingkar itu melewati dia, darahnya pun mengalir terciprat ke kepalaku. “Ada kucing ketabrak mobil”, teriak manusia disekitar dengan nada khawatir 3 kali berulang-ulang, saat aku mulai pergi, kutengok kebelakang terlihat lingkaran putih dibawah perut, itu ayah bisikku saat itu, darahnya masih terasa merah di kepalaku. Akupun menunduk sambil berjalan ke tempat semula tetapi kucing betina itu tidak terlihat. Akupun menyesal karena berkelahi dengan Ayahku sendiri. Dengan tubuh yang rapuh ini aku masih bisa berjalan di atas tanah dengan kenangan masa lalu yang pahit. ( Basic On True Story )

0 komentar:

About Me :

Foto saya
Just a Simple man, with simply needs, and simply smile, but have a BIG DREAMS.

Write Your Comment Here :

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Kamu Pengunjung Ke :

Cari Di Arsip :