Bidadari Yang Tak Sadar Dirinya Bidadari

2.05.2008

Entah apa yang dipikirkan wanita dengan tatapan halus itu, auratnya ditutup penuh dengan lembaran kain putih, terlihat elok bila dia menundukkan pandangan saat melwati para ikhwan, namun hari ini, wajahnya terlihat basah, matanya bengkak seakan telah dipukul oleh gada malaikat, dari matanya tertuai tetesan sebuah air mata kepasrahan. Dirinya hanya bisa bersandar di pojokan tempat tidurnya.

“ Kenapa aku ini Ya Allah ?”, air matanya terus berdera, jantungnya berdebar kencang.

“ Kenapa aku hampir melakukan hal bodoh, seakan-akan aku tidak percaya dengan Engkau Ya Rabbi, ampuni aku dalam khilafku, tegur aku dalam cobaanmu, buat aku jadi kekasihMu”, ditaruh telapak tangan di dada nya seraya degupan jantung yang menyayatkan hati.

“ Aku cuma ingin jadi apa yang aku mau, dan yang kulakukan atas dasar Ridho kepadaMu, tuntunlah aku walau aku ini terpincang-pincang dalam tuntunanMu,”, air mata yang deras itu membanjiri wajah lembanya, seraya tatapannya di edarkan ke arah lengan yang sudah berdarah, tepat di urat nadinya yang hampir sobek.

“ Akhhhhhh....., sakit Ya Allah”, darah terus mengucur ke lantai bercampur dengan genangan air mata.

“ Apa bila aku mati, orang-orang baru sadar keberadaanku ?”, matanya memejam menahan sakit yang luar biasa, detak jantungnya pun sudah tidak beraturan lagi.

“ Aku tak mau mati, Ya Allah”, suara mulai perlahan menghilang, sedangkan tak ada satu orang pun di rumah.

“ Andaikan aku di beri kesempatan hidup lagi, aku pasti dak akan menyia-nyiakan waktu ku lagi, aku janji “, ucapnya dalam hati yang sudah tak mampu berbicara, yang dia rasakan hanya dingin luar biasa dari ujung kaki sampai ubun-ubunnya, setelah itu ada cahaya terang.

Setelah cahaya itu terlewati yang ada hanya GELAP.

***

“ Kak, bangun kak !”

“ Kak ! ayah, ibu, adik sayang kakak !”

“ adik mohon kakak bangun, adik ingin kita tertawa lagi kak !”

“ Kak, kakak udah janji akan membelikan adik permen !”

Yasssin ... walqurainil hakim, innakalaminal mursalin, ala shiratimmustaqim !

“ Nak, ibu dan ayah kangen sama kamu “

“ Kita sadar salah, maafin orang tua mu yang tidak becus ini ya...nak..”

“ Ibu janji, bila kamu meminta dipeluk hangat oleh Ibu lagi, pasti Ibu lakukan !”

Shodakallah ul adzim !

“ Dik ! semoga kita bisa bertemu dalam Ridho Allah, bersandar bersama dalam kasih sayang Allah, tersenyum bersama dalam Jannah Nya Allah.

Amin !

***

“ Tet..tet…tet…tet…tet…tet…”

“ Ayah, ibu, adik, aku dimana ?, aku bisa dengar suara kalian, tapi aku tidak bisa melihat kalian, disini gelap, tapi aku merasakan kehangatan, aku mau berteriak supaya kalian bisa membawakan lampu ke sini.”

“ DISINI GELAP……………………………GELAP, apakah kalian dengar aku berteriak ?, aku kesepian, apa yang telah aku lakukan sehingga kalian tega membawa aku ketempat gelap dan pengap seperti ini, kalian jahat, jahat…..”

***

Bidadari manis itu pun membuka matanya.

“ Alhamdullillah !”, semuanya berseru , ada yang menghela nafas lega, ada yang saling berpelukan.

“ Ibu ….” yang pertama dilihat bidadari itu adalah seorang ibu dengan tatapan ringan yang menatap kearah kedua matanya.

“ Sudah nak, sementara kamu diam dahulu, keadaan kamu belum pulih benar”, Ibunda membelai rambutnya perlahan.

“ Aku ingin berbicara banyak kepada kalian, tapi entah kenapa aku tidak punya kenapa, aku ingin bertanya, aku ada dimana, kenapa disini banyak orang yang melihatk dengan tatapan khawatir, aku mau bertanya, aku mau bertanya, tapi aku tak punya kuasa”, begitulah yang ada dalam hati bidadari itu, yang bisa dilakukan hanya mendengar, melihatpun dia masih kepayahan.

“Ayah...tolong lakukan apa yang tadi kita rencanakan”, Ibu berbicara kepada Ayah yang tak sengaja didengar oleh bidadari itu. Tiba-tiba ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kanan Bidadari itu.

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu Anlaa ilaaha Illallah, Asyhadu Anla ilaaha Illallha, Asyhadu Anna Muhammadarasulullah, Asyhadu Anna Muhammadarasulullah, Hayya Alla Sholaaa, Hayya Alla Sholaaa,Hayya Allah Fallah, Hayya Alla Fallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Illaha Illallah “, setelah selesai Ayah mendekatkan mulutnya ke telinga kiri.

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu Anlaa ilaaha Illallah, Asyhadu Anla ilaaha Illallha, Asyhadu Anna Muhammadarasulullah, Asyhadu Anna Muhammadarasulullah, Hayya Alla Sholaaa, Hayya Alla Fallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Illaha Illallah”. Setelah itu ayah agak menjauh, dan berdiri dibelakang Ibu.

“ Setelah kejadian ini, kami akan menambahkan nama mu dengan nama Bidadari, dan kami janji akan menhiasi keluarga kita dengan senyuman yang datangnya dari rahmat Allah”, senyuman Ibu membuat Bidadari senang, air mata mengucur di pipi Ibu.

“ Untuk saat ini aku hanya bisa mendengar dan meng Amin kan, doa kalian saja.”

***

Mohamad Fakhri

29 Januari 2008

With Opened Heartless

In My Old Room’s

22 : 43

0 komentar:

About Me :

Foto saya
Just a Simple man, with simply needs, and simply smile, but have a BIG DREAMS.

Write Your Comment Here :

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Kamu Pengunjung Ke :

Cari Di Arsip :